Assalamualaikum ikhwah dan akhawat sekelian,Bercita-cita dan bersemangat untuk mewujudkan ukhuwah yang benar dan sempurna di antara mereka.
Segala puji hanya milik Allah, selawat dan salam atas Rasulullah saw beserta keluarganya dan para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya.
Wahai saudaraku sekelian : sungguh Islam telah memberikan perhatian penuh akan adanya ikatan yang kuat pada sendi-sendi ukhuwah yang melahirkan di dalamnya cinta kerana Allah SWT dan menjadikan ukhuwah sebagai wasilah pengikat jiwa dan hati dan merupakan dasar pokok-pokok keimanan yang tidak akan sempurna keimanan seseorang kecuali dengannya dan tidak akan dapat direalisasikan kecuali dengan keberadaannya; bahkan dijadikan sebagai ikatan yang paling erat dari pokok-pokok keimanan dan kesempurnaan nilai-nilainya.
Allah swt berfirman:
“Hanyalah orang-orang beriman yang bersaudara”. (QS Al-Hujurat :10).
Dan Nabi saw bersabda:
“Seorang muslim adalah saudara dengan muslim lainnya, tidak boleh menzaliminya, tidak membiarkannya, tidak merendahkannya dan tidak menghinakannya” . (Muttafaq alaih).
Dan Nabi saw juga bersabda:
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam kasih sayang, cinta kasih dan empati adalah seperti satu tubuh, jika salah satu tubuh darinya mengadu pada suatu penyakit maka anggota tubuh lainnya akan merasa sakit dan demam”. (Muttafaq alaih)
Oleh kerana itulah di antara salah satu rukun dari rukun bai’ah kita adalah ukhuwah, dan di antara salah satu dasar perbaikan sosial secara universal yang dibawa oleh Islam adalah memproklamasikan adanya ukhuwah di antara umat manusia.
Makna Ukhuwah Menurut Kami
Imam al-Muassis (perintis) Hasan Al-Banna semoga Allah merahmatinya berkata:
“Yang saya maksudkan dengan ukhuwah adalah : mengikatnya hati-hati dan jiwa-jiwa ini dengan ikatan aqidah, dan aqidah merupakan ikatan yang paling kukuh dan paling mahal harganya, dan ukhuwah adalah saudara keimanan, sementara perpecahan adalah teman dari kekufuran, kekuatan yang utama adalah persatuan dan tidak ada persatuan tanpa cinta, dan cinta yang paling rendah adalah lapang dada, sementara yang paling tinggi adalah itsar(mengutamakan saudaranya).
“Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung”. (QS Al-Hasyr : 9)
Al-akh yang jujur adalah yang melihat saudaranya lebih utama daripada dirinya sendiri; kerana jika tidak dengan mereka maka dirinya tidak bersama dengan yang lainnya dan jika mereka tidak bersama dengannya maka mereka akan bersama dengan yang lainnya;
“Sesungguhnya serigala akan makan kambing yang tersesat sendirian”. (HR Abu Daud dan ditashih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
dan nabi saw bersabda:
“Seorang mu’min terhadap mu’min yang lainnya seperti bangunan, saling memperkukuh sebahagiannya dengan sebahagian lainnya”. (Muttafaq alaih).
“Dan orang-orang beriman laki-laki dan wanita sebahagian mereka menguatkan sebahagian lainnya”. (QS At-Taubah : 71).
Demikianlah Yang Seharusnya Berlaku
Ukhuwah menurut kami adalah agama, dan jamaah ini masih terus :
1. Bercita-cita dan bersemangat untuk mewujudkan ukhuwah yang benar dan sempurna di antara mereka.
2. Bersungguh-sungguh untuk tidak mengeruhkan kemurnian dan kesucian hubungan mereka sedikitpun.
3. Menyedari bahwa ukhuwah dalam agama adalah sebaik-baik wasilah yang dapat mendekatkan diri dengannya kepada Allah.
4. Tetap memelihara kemuliaan darjat yang tinggi.
5. Bercita-cita untuk sentiasa memperhatikan hak-haknya sehingga mampu membersihkan hal-hal yang boleh mengeruhkan suasana dan dari bisikan-bisikan syaitan dan para ulama telah menjadikan serendah-serendah darjat ukhuwah adalah berinteraksi dengan saudaranya dengan apa yang dicintai dalam berinteraksi dengannya.
Dan di antara hak-hak ukhuwah adalah sabar terhadap kesalahan al-akh sampai dirinya mampu mengembalikannya kepada kebenaran tanpa diperbesarkan (disiarkan) akan kesalahannya atau menyebarkan kesalahan dan kekeliruannya.
Abu Darda berkata:
“Jika saudara kamu berubah dan bertingkahlaku berbeza dari apa yang ada dalam dirinya maka janganlah ditinggalkan kerana hal tersebut; kerana boleh jadi saudara kamu bengkok (salah) pada suatu ketika namun lurus kembali pada ketika yang lain”.
Ibrahim An-Nakha’i berkata:
“Janganlah engkau memutus hubungan saudara atau meninggalkannya di sisi serigala, kerana boleh jadi suatu kali dirinya salah namun esoknya dapat ditinggalkan” .
Dalam atsar yang lain disebutkan:
Nabi Isa berkata kepada al-hawariyun: Bagaimana kamu memperlakukan saudara kamu jika melihatnya tidur lalu angin bertiup dan menyingkap pakaiannya? Mereka menjawab: akan kami singsingkan bajunya dan menutupinya. Nabi Isa berkata: namun kamu akan menyingkapkan auratnya! Mereka berkata: Maha suci Allah! Siapakah yang melakukan demikian? Beliau berkata: Salah seorang dari kamu yang mendengar ucapan tentang saudaranya kemudian ditambah-tambah olehnya dan disebarkannya dengan sesuatu yang lebih darinya”.
Dan bahkan pada ketika berbeza pendapat dengan saudaramu yang lain, maka ikatan ukhuwah seharusnya mampu melindungi mereka dari terjadinya saling membuka aib atau menyebarkan syubhat atau membuat cerita bohong dan hendaknya mereka memelihara ungkapan seorang ulama fiqh iaitu Imam Syafi’i semoga Allah merahmatinya:
“Orang yang merdeka adalah orang yang mampu melindungi kasih sayang sesaat, dan patuh pada orang yang memanfaatkannya ucapannya”.
Dan disebutkan : Jika terjadi ghibah (umpatan) maka hilanglah ukhuwah.
Begitu indah dan lembut ungkapan seorang salaf yang menyampaikan nasihat kepada saudaranya :
“Sampaikanlah kepada saya; saya telah jahat seperti yang engkau katakan
Kerana itu, di manakah kasih sayang dalam ukhuwah
Atau jika kamu jahat sebagaimana aku jahat
Maka, dimanakah kurniamu dan kasih sayangmu”
Dan bukanlah bahagian dari akhlak seorang akh muslim ketika ia selalu menceritakan sebab-sebab keaiban pada ketika ia berbeza pendapat dengan saudaranya atau yang lainnya, atau berusaha meremehkan kelebihannya, atau menghina perbuatan dan pemberiannya.
Al-Faruq, Umar bin Al Khattab memberikan satu nasihat: “Janganlah cintamu dijadikan sebagai bebanan, dan jangan jadikan pula marahmu sebagai kehancuran. Kemudian ada yang bertanya: apakah maksudnya? Umar berkata: “Jika kamu mencintai, jangan berlebihan seperti cintanya seorang bayi pada sesuatu secara berlebihan, dan jika kamu marah maka jangan membuatkan kamu senang dengan hancurnya saudara kamu dan celaka”. (HR Bukhari dalam kitab Al Adab)
Hasan bin Ali berkata:
“Janganlah kamu berlebihan dalam mencintai sesuatu, dan jangan pula berlebihan dalam membenci sesuatu, dan barangsiapa yang menemukan pada saudaranya tanpa (penutup) maka janganlah disingkap lagi”.
Dan di antara hak-hak ukhuwah adalah memberikan nasihat dengan adab-adab syar’i :
1. Jangan diceritakan di depan umum.
2. Jangan disakiti dihadapan khalayak ramai dan pada suatu institusi.
3. Jangan diungkap rahsia dirinya.
4. Jangan dibuat-buat cerita yang dusta.
5. Tidak dibenarkan penggunaan segala cara terhadap suatu kesalahan.
6. Tidak ada “mujamalah” dalam menghitung suatu kebenaran.
7. Tidak cenderung kepada sakit hati dan kemenangan kepada hawa nafsu.
8. Harus dengan nasihat yang aman dan benar serta jujur.
9. Bebas dari tuduhan.
10. Ditunaikan sesuai dengan amanah.
11. Diiringi dengan kasih sayang.
12. Mampu menumbuhkan perasaan ukhuwah.
Ukhuwah Adalah Rahsia Kekuatan Dakwah kita
Sesungguhnya ukhuwah yang kami sebutkan hak-haknya, wahai saudaraku adalah sebuah batu yang mampu menghancurkan gelombang konspirasi dan usaha menguasai dakwah kita yang penuh berkah ini dan ia merupakan titik awal sebuah kemenangan.
“Dan jika mereka bermaksud menipumu, Maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu) . Dialah yang memperkuatkanmu dengan pertolongan- Nya dan dengan para mu’min, dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana. Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mu’min yang mengikutimu” . (QS Al-Anfaal : 62-64)
Wahai saudaraku : Sungguh nabi saw telah memberitahu kita dengan jelas dan terang:
“Jauhilah kamu akan buruk sangka, kerana buruk sangka adalah sedusta-dusta ucapan, dan janganlah kamu saling menduga-duga, jangan saling mengintai, jangan saling hasad, jangan saling berkonspirasi, jangan saling benci (marah), namun jadilah kamu hamba Allah yang saling bersaudara”. (Muttafaq alaih).
Umat Islam di zaman awal memahami dari Islam akan makna ukhuwah ini, meresap ke dalam aqidah dan agama Allah secara kekal akan perasaan cinta dan bersatu serta berkasih sayang dan fenomena yang paling mulia adalah ukhuwah dan ta’aruf sehingga seakan-akan mereka menjadi peribadi yang satu, satu hati, satu tangan, maka Allah pun mewujudkan pada mereka kemenangan, kemuliaan dan kejayaan.
Oleh kerana itu, marilah kita berpegang teguh pada ukhuwah yang kekal ini yang niscaya tidak akan hilang sekalipun dunia akan hancur, sekalipun hari-hari akan hilang dan berlalu namun ukhuwah akan tetap kekal sepanjang masa dan hendaklah kita terus memelihara dan bercita-cita untuk menunaikan hak-hak ukhuwah ini, merasakan nilai-nilainya, menjaga wirid Rabithah setiap hari.
Semoga Allah tetap bersama kamu dan tidak menyia-nyiakan perbuatan kamu.
Allah Maha besar dan segala puji hanya milik Allah